PeNa MiRACLe…
karya: sarah muthi'ah widad
Tiada hari tanpa pena biru mekanikku,bisa dibilang itulah diriku.

Sekarang aku duduk di kelas 2
MTs. Suri Tauladan,murid-murid sering memanggil singkatannya MTs.SN Sekolah menginginkan agar siswa menjadi manusia yang berguna bagi
Bangsa,Agama. Aku senang sekali bisa sekolah di sana. Penuh dengan suasana
alam. Jadi,lewat suasana sekolah itu inspirasi aku tergambar luas. Wish..
Hobbiku membuat karya
seni,seperti menggambar,membuat puisi,cerpen,ngarang lagu,tapi kalau ngarang
lagu sedikit sich,,,gak sehebat Mely Goeslaw yang udah nyiptain banyak lagu
yang keren-keren.(hehehe..). menjadi tauladan yang dimiliki sang Sempurna nabi
Muhammad.Saw
Saking senengnya buat cerpen,banyak
banget cerpen yang aku buat di rumah. Kalau di pikir-pikir,sayang juga sih..bikin tapi gak dikembangin.
Semenjak itu aku berniat untuk mencoba pertama kalinya mengirim sebuah cerpen kesalah
satu penerbit buku. Aku tunggu-tunggu sekian lamanya hasil karyaku belum juga
terbit. Rasa kecewa pasti ada,tapi aku gak boleh putus asa! Aku harus terus
untuk membuat karya terbaikku.
Sekarang,aku coba lagi ngarang
cerpen untuk kukirim,tapi kali ini aku mencoba ke majalah yang dimiliki
sekolah. Sekolah SNpunya..(maksudnya punya Suri Tauladan gitoo) itu kerren
banget,punya majalah sendiri. Jadi,selain kita sekolah mencari ilmu,juga bisa
ngembangin bakat. Ya…itung-itung bisa ngasah kemampuan.
***
Malam-malam,sekitar
jam delapan malem setelah shalat Isya,aku mulai berjuang,menggoreskan penaku di
atas kertas bergaris yang bisa dibialang sudah terkumpul dua puluh cerpen
buatanku. “Subhanallah……sudah
malam,besok aku harus sekolah,takut kesiangan,tidur dulu ah,biar aku lanjut
besok di sekolah.”
Sebelum sayup-sayup azan berkumandang,aku
sudah menyiapakan diri untuk shalat subuh dengan berdo’a dan tilawah Qur’an.
Aku berdo’a agar cerpenku nanti bisa tebit di buku kesayanganku,Dar Mizan
Tepat pukul 06:30 pagi,aku izin ayah ibu
untuk pergi ke sekolah. Di perjalanan hati ini serasa gundah tak tahu firasat
apa yang sedang aku rasakan.
Di sekolah,saat aku sampai gerbang,sudah
terlihat Rina,satu-satunya sahabatku tersenyum dan menyapaku dengan salam dan
menjulurkan tangan.
“Assalamu’alaikum..sahabatku..”sapa Rina dengan manis
“Wa’alaikumsalam”jawabku mengulurkan tangan menerima tangn
Rina.
“Kita mau langsung ke kelas?”ajakku pada Rina
“kemon,let’s
go..!”jawab Rina antusias.
Sesampainya di kelas,pemandangan pertama yang aku lihat muka masamnya Fiola
cs. Saat aku mengalihkan pemandanganku
ke tempat dimana kau duduk,terlihat
Bilal berada di samping mejaku,aku berjalan perlahan menghampiri tempat duduku.
“BIilal,ada apa
kamu disini? Gak biasanya!”tanyaku pada Bilal.
Bilal hanya terdiam,mukanya mengangkat
sedikit dan matanya melotot. Huh,langung aku pejamkan mata langsung segera
duduk,ketika aku duduk. Gubrak”aaaww…aduh..sakit!!” di dalam hati aku bertanya.
Apakah firasat yang tidak enak tadi karna aka nada kejadian ini? Entahlah,ya
Allah...
“Bilal….!!” Rasanya hatiku memanas ketika
aku terjatuh karna Bilal menarik bangkunya saat aku duduk. Teriakanku pertama
kalinya aku lontarkan pada Bilal,karna selama ini aku tak pernah berbuat
apa-apa bila dia menjahiliku.
“La
taghdob,Ira..!!” teriakan Rani sahabatku yang menahan emosi dan nafsuku pada
Bilal.
“Astaghfirullah..” istighfar untuk memohon maaf dan perlindunagan pada Allah dari hawa nafsu.
Tak lupa ke sekolah aku membawa buku
catatanku yang berisi cerpen-cerpen. Pada istirahat tiba,aku melanjutkan
menulis cerpenku yang semalam aku buat.
“Ehmm…Ira,kamu
sedang sibuk?” tak biasanya Fiola menyapaku dengan ramah.
“o.o.o…gaak,ko,ada apa ya? Tumben!” Jawabku
gugup sekaligus heran.
“boleh aku dduk?”pinta Fiola.
“Boleh,boleh,silahakan…”ku persilahkan
Fiola duduk,aku bergeser sedikit ke sebelah kiri. Melihat aku duduk bersamaan
Fiola,Rani menatap kami berdua,pandangan matanya yang menurutku memendang tidak
percaya,karna Fiola itu…bisa dibilang musuh bubuyutan aku dan Rina.
“Rina,ayo kesini,gabung sama kita!”kata
Fiola sambil melambaikan tangannya pada Rina.
Tanpa basa-basi,Rina menghampiri kami yang
sedang asyik membicarakan masalah yang
terjadi antara Fiola dan teman-tema satu geng.
“kalian mau ke kantin gak?”Tanya Fiola
padaku dan Rina
“boleh,boleh”jawabku dan Rina bersamaan.
Ku rapikan buku,dan penaku,dan ku masukkan
ke dalam tas.
Di
kantin,terlihat teman-teman geng Fiola lari,entah kemana tujuan mereka.
Bel memotong acara makan kami di
kantin,pelajaran akan segera mulau kembali.
Di
kelas,sudah terlihat bu Hafni guru Matematika.
“Assalamu’alaikum”ucap ami serempak,Rani
mengetuk pintu.
“Wa’alaikumsalam…”jawab bu Hafni
Langsung kami segera masuk ketempat duduk masing-masing.
Ku keluarkan buku Matematikaku dan tempat
pinsilku yang terbuat dari kain,saat kubuka,tidak terlihat sibiru,penaku yang
selama empat tahun menemani perjuanganku di sekolah dan membuat cerpen.
“lho,kemana penaku?”kataku kebingungan.
Ku obrak-abrik tasku,tanpa ada hasil
apapun.
“Sabilah,kamu liat penaku yang berwarna
biru,yang sering aku pake ga?”tanyaku pada Sabilah teman sebangku.
“tidak…”jawab Sabilah.
Saatku tengok kearah samping kanan,aku liat penaku dipakai Fiola.
“Sabilah,liat deh,itukan penaku,kenapa ada
di Fiola ya?” tanyaku pada Sabilah,merasa jengkel.
“O’iya…itukan mirip banget kaya yang punya
kamu,o’ya,tadi aku lihat Bilal ke tempat meja kita,terus tingkah laku dia kaya
yang mencurigakan gitu..tapi aku gak tau deh kenapa!”jawab Sabilah.
Huh,aku bingung harus bagaimana,kalau benar Fiola yang mengambil
penaku,apa artinya dia baik saat istirahat kepadaku dan Rani? Hanya taktik?!
“net….net…net..”suara bel pulang berbunyi. Siap untuk berdo’a mengakhiri
pertemuan kali ini.
“Fiola,tunggu!!”panggilku
pada Fiola.
“ada apa? ‘’jawab
Fiola
“aku mau nanya
sesuatu,tapi ini aku Cuma nanya ya..”sebenarnya aku takut menanyakan ini pada
Fiola.
“ya,ada apa?”
“kamu punya pena
yang warna biru?”
“gak,tadi aku
minjem dari Bilal,memang kenapa?”
“kamu jangan
bohong,tadi aku liat sendiri kamu pake pena aku!’’ kataku dengan folume suara
yang ditinggikan, aku berlari secepat mungkin
Jadi benar kata Sabillah,sepertinya yang
mengambil penaku itu Bilal,dia bekerja sama dengan Fiola. Tapi bagaiman aku
bisa bicara dengan dia,sedangkan bertemu dengan dia saja udah ada rasa takut. Tapi aku gak bisa
kehilangan pena kesayanganku. Aku harus berbuat apa?
Di perjalanan menuju rumah,aku hanya
memikirkan pena biraiuku,di sunyinya siang dan panasnya terik matahari,aku
berjalan kaki menuju rumah,kulihat pohon yang rindang dan besar,kusempatkan
berteduh di bawah pohon rindang. Bersandar
di bawah pohon,yang mengeluarkan udara rasanya hatiku agak tenang…. Tak lama aku
melihat Fiola berjalan kearahku. Pandanganku beralih melihat kanan-kiri.
“Ira,kamu sedang
apa disini?”Tanya Fiola.
“mau apa kamu
kesini?,kamu jangan pura-pura baik deh sama aku! Aku gak butuh kebaikan bohong
kamu !”jawabku lantang. Aku
tidak terima penaku hilang, dan waktu aku lihat ternyata penaku berada ditangan
Fiola
“kenapa kamu gitu? Kamu masih gak percaya kalau aku bukan pelakunya?”
“aku gak butuh penjelasan dari kamu,sekarang
kamu pergi,pergi!!”
Fiola pergi meninggalakanku. Air mataku menetas perlahan,aku berlari
dengan sekencang mungkin menuju rumah.
“gubrak..”kayu yang dibuat untuk pintu aku
buka dengan sekeras mungkin.
“Ira,kamu gak sopan!,datang langsung
marah-marah,gak salam pula,kamu kenapa?”kata kakau.
Tak panjang lebar aku langsung pergi ke
kamar. Ku lepas jilbabku,ku baringkan badan yang tidak berdaya dikasur.
Hm..kita
ulang kisah tahun lalu. Dulu memang Fiola CS lebih-lebih memperlakukan aku.
Udah kaya musuh bubuyutan dech. Sering rok sekolah kotor. Di meja disempin
tanah cairlah,lemlah,coklat melelehlah,lah lah lah..pokoknya nyebelin.
“dret,dret.dret,dret”getaran
hand phoneku. Kuterima dan kubuka sms. Terlihat sms itu dari Fioal
“aku
akan berusaha untuk membuktikan kalau bukan aku yang salah,besok di sekolah,aku
akn bicara dengan Bilal..”
“Fiola,dia bener-bener nekat! Udah aku
bilang gak usah ngejelasin,dia malah sms!” kataku dalam hati.
“dret..dret…dret..dret…”getaran hpku bunyi lagi,langusng kubuka.
“Ira,yakin
sama aku..bukan aku yang ngambil pena kamu… aku tulus berbuat baik sama kamu
dan temanmu Rina,karna aku ingin berteman dengan kalian. Aku udah cape berteman
untuk kejahatan. Besok pasti akan aku ambil pena kamu dari Bilal.” Pesan
singkat yang di berikan pada Fiola.
Pagi-pagi sekali aku sudah terbangun dari
peristirahatanku semalam. Aku berencana untuk pura-pura sakit agar
diperbolehkan tidak sekolah dan menjauh dari masalah hanya tentang penaku yang
hilang,padahal…sebenarnya aku tidak ikhlas,dan sedih kalau sibiru penaku
hilang!.
“Ira sayang…bangun nak..kamu sudah shalat
subuh?cepat bangun,nanti kamu kesiyangan buat sekolah.” Terdengar suara ibuku
memanggilku sambil mengetuk pintu.
“Aku sudah shalat,bu…”jawabku lemas
Ibu membuka pintu
kamar,lalu menghampiriku.
“kamu sakit
nak ? ’’tanya ibu melihat aku masih ditutupi selimut.
‘’iya bu,kepala aku
pusing bannget…kayanya hari ini aku tidak sekolah.. ! ibu mau tolongin Ira
kan,bikin surat izin ke sekolah ?,nanti Ira sms Rani biar dia yang ngambil
suratnya. ‘’ pintaku pada ibu.
Ibu,maaf aku harus bohong sama ibu,karna aku bingung harus
berbuat apa ? aku janji bu,kali ini saja..
’’Assalamu’alaikum.. ‘’terdengar
suara Rani dari kamar.
‘’Wa’alaikumsalam ,Rani
silahkan masuk… ‘’kata ibuku mempersilahkan Rani untuk masuk.
‘’Ibu,maaf
denger-denger Ira sakit dia sakit apa ?’’
‘’katanya sih dia
pusing.. palingan nanti siang ibu mau ajak di ke dokter,’’
’’yasudah,bu…saya
pamit dulu,mau sekolah,salam aja buat Ira,semoga cepat sembuh ‘’Rani
menjulurkan tangan untuk salim pada ibu.
‘’iya,nak terimaksih…hati-hati di
jalan !’’ucap ibu pada Rani
“iya bu,Assalamu’alikum..”salm Rani
“Wa’alaikumsalm..”jawab ibu.
Sesampainya di sekolah,Bilal sudah mebuat Rani emosi dengan
cacian-cacian yang dilontarkan si mulut harimau Bilal.
‘’heh,apa yang kamu bawa agly? tumben kamu
sendiri,biasanya kamu selalu sama si missis bossy ?’’ kata Bilal
Tanpa berfikir apa-apa langsung aku
tinggalkan Bilal.
‘’kurang hajar,kamu Ran,awas kamu ya…pulang
sekolah liat aja nanti!’’ teriak Bilal menantang
Sabar…sabar…Rani hanya bisa
mengelus-eluskan dadanya dengan semua kata-kata yang diucapkan Bilal.
Sesampainya di kelas aku disambut dengan
Fioal.
‘’Asslamu’alaikum..’’kata Fiola dengan
senyumannya.
‘’Wa’alaikumsalam..”jawabku dengan membalas
senyuman Fiola.
‘’Kamu gak sama Ira?”tanya
Fiola
‘’Kata ibunya
sih,dia lagi sakit,sekarang juga aku bawa surat izinnya. ‘’ jawab Rani
heran melihat Fiola sebaik itu.
‘’Ran,aku perlu
bicara sama kamu,ini penting,soal Ira ‘’ucap Fiola menarik tangan Rani
menuju tempat duduk Fioal.
Tanpa ragu,Rani
mengikuti jejak Fioal.
‘’sebenarnya ada
apa sih ?’’ tanyaku penasaran
‘’sebelumnya,aku
mau minta maaf,selama ini aku selalu jahat sma kamu dan Ira,kebaikan kemarin
itu bener-bener ikhlas,gak ada rencana jahat yang mau aku lakuin sama
kalian,aku bosan berteman dengan Bilal dan yang lainnya,aku baru sadar kalau
perbuatan yang mereka lakukan itu semua negatif,aku sering dapet marah dari
ibu,guru-guru di sekolah ngelaporin aku setiap aku berbuat salah,aku
kapok !’’ kata Fioal merasa bersalah.
‘’iya,Fioal…aku
maafin,bagi aku kamu udah berubah kaya gitu aku udah seneng banget !’’kata
Rani dengan penuh maaf untuk Fioal
‘’Tapi,yang aku
bingungin sekarang,bisa gak ya..kalau Ira maafin aku,aku takut..kayanya dia
benci banget sama aku,kemarin aku disangaka yang ngambil penanya,padahal bukan
aku..itu kerjaanya Bilal. Kamu mau bantu aku ? ‘’pinta Fiola
ketakutan.
‘’iya
deh,insyaAllah..tapi apa yang mau kamu lakuin ?’’kata Rani pada Fiola.
‘’gini,rencananya
waktu istirahat aku mau ajak Bilal ke kantin,nanti waktu aku ke kantin kamu ke
tempat Bilal,ambil penanya Ira di kotak pensil dia’’jelas Fiola.
‘’ok deh..sip !’’tegas Rani.
Suara bel berbunyi memotong pelajaran bahasa Indonesia. Sekarang
waktunya istirahat,dan sekarang juga waktunya beraksi mendapatkan kembali pena
Ira.
‘’Fiola,sekarang kamu ajak Bilal ke
kantin,pena biar aku yang ambil,kamu siap?’’ Rani member aba-aba pada Fioal.
‘’sipp..!’’ jawab Fiola penuh semangat.
Fiola mengajak
Bilal ke kantin,sementara Rani menyari pena Ira yang berda dikotak pensil
Bilal. Saat Rani sedang mengoprek tas Bilal,tiba-tiba..
‘’Heh,kamu lagi
apa? Berani-beraninya kamu
buka-buka tas Bilal.!’’sentak Faiq teman satu geng Bilal.
‘’Enggak,..aku Cuma mau nyari pena Ira yang
hilang!’’jawab Rani gugup
“oh..jadi kamu nuduh Bilal yang nyuri pena
Ira?jangan sembarang nuduh,deh!’’kata Faiq emosi
“Aku gak nuduh dia,tapi aku Cuma liat tadi
dia pake pena yang mirip percis sama yang kaya punya aku!”jelas Rani pada Faiq.
“memang pena Ira kaya gimaa sih? Palingan
juga murahan,pastinya juga banyak orang yang punya!”cemooh Faiq
“Pena itu gak murah,pena ini mahal,semahal
kebahagiaan Ira sebagai sahabatku!” kata Rani sahabat yang baik.
Hati Faiq tersentuh
ketika mendengar perkataa Rani tadi. Dia berlari menuju arah kantin.
‘’lho,Faiq
kenapa ?ko dia malah pergi ?gawat..pasti dia mau ngadu keBilal!’’
Rani cemas.
Sesampainya di kantin,Faiq menemui Bilal dan
Fiola yang sedang bercanda gurau.
‘’Bilal, dimana
pena Ira yang kamu ambil waktu itu ?’’tanya Faiq menyentak.
“lho,Faiq kamu ngomong apa? Aku gak ngambil
pena Ira.!”kata Bilal ketakutan
‘’sekarang kamu
bilang gak ngambil,terus ngapain kamu suruh aku jagain kelas biar Rani sama Ira gak liat kamu ngambil pena
Ira ? ‘’
‘’Faiq, apa-apaan
kamu ngomong gitu ? ‘’
‘’udah deh,Bilal
mending sekarang kamu jujur aja..aku udah gak mau ikut-ikutan sama orang yang
selalu buat licik sama kamu !’’kata Faiq mengancam
‘’iya,aku
jujur….memang aku yang ngambil pna Ira,aku Cuma mau Ira sama Rani jadi temen
kita.. !’’ kata-kata jujur Bilal membuat Faiq dan Fiola ersenyum.
‘’oh..jadi selma
ini kamu jahat sama mereka hanya ingin mereka menjadi teman kita ? kamu
kenapa gak ngomong baik-baik aja sama mereka,pastinya kalau kamu ngomong
baik-baik mereka mau jadi teman kita,malah mungkin kita bisa jadi sahabat
merka ! ‘’ jelas Fiola pada Bilal.
‘’iya,sih..tapi aku gengsi dong,kalau ngomong
gitu sama mereka ?’’ucap Bilal
Saat Fiola,Faiq,dan
Bilal sedang tertawa karna ucapan Bilal tadi,Rani datang menghampiri.
Rani berpikiran
negatif tentang mereka,dia berpikir kalau selama ini Fiola baik pada Rani dan
Ira hanya permainan dan jebakan saja.
‘’Fiola,jadi gini ya..kamu berusaha buat
nyari pena Ira,Cuma mau cari alesan doang ? sekarang kamu bisa
seneng-seneng sama temen-temen kamu. Sementara Ira,dia kehilangan
penanya ? ‘’kata Rani ceroboh.
‘’bentar Rani,Fiola itu tertawa karna ada
hal yang mungkin juga bisa membuatmu tertawa ‘’ kata Faiq membela.
‘’jadi gini Ran,memang Bilal yang mengambil
pena Ira,dia itu punya alesan kenapa dia berbuat kaya gitu..dia Cuma mau
temenan aja sama kailan !’’jelas Fiola pada Rani
’’haha…jadi itu ? kenapa kamu gak
bilang aja sama kita ? pastinya kalau kamu bilang kita juga mau ko’jadi
temen kalian’’kata Rani sambil tertawa
‘’kata Bilal sih,dia gengsi !’’celetuk
Fioala.
‘’fioala,kamu malu-maluin
aja ! ‘’kata Bilal menundukan kepalanya.
’’kalau gitu..sepulang sekolah kia ke rumah
Ira aja ?’’ajak Rani
’’boleh…’’jawab mereka kompak
Jam pulang tiba,Rani,Fiola,Faiq,dan
Bilalmenyempatkan pergi ke rumahku.
‘’Assalamu’alaikum’’ucap mereka kompak.
‘’Wa’alaikumsalam’’jawabku
menuju ruang depan. Ku bukakan pintu. Saatku lihat ternyata Rani dengan geng
yang aku benci selama ini.
‘’Rani,kamu ngpain
kesini sama mereka ?’’tanyaku pada Rani
‘’gini,Ra,kita
kesini mau ngomong sesuatu sama kamu. Kita boleh masukkan ?’’Jawab Rani
Aku mempersilahkan
mereka masuk,keliatannya mereka kepanasan. Lalu aku ambilkan 3 gelas air dingin.
“Ra,gak usah repot-repot.”ucap Fiola
“udah,gak papa. Kalian mau ngomong apa?”
“gini,Ra,aku mau minta maaf kalau selama
ini aku selalu jahat sama kamu,dan sebenarnya yang mengambil pena kamu itu
bukan Fiola,tapi aku,aku lakuin itu karna kau mau punya sahabat kaya kamu dan
Rani.! Aku bingung harus gimana”.
Bilal menatap Rani
penuh dengan rasa malu dan bersalah.
’’udahlah…bagi
aku,persahabatan kita lebih berarti dibanding pena biruku. ‘’ku lontarkan
kata-kata tadi untuk persahabatn baru yang akan tumbuh menjadi indah.
‘’kita ?maksud
kamu aku dan teman-temanku juga ? ‘’tanya Bilal
’’pasti,kita semua
bersahabat….. ‘’ucapku sambil mengancungkan jempol.
‘’makasih banyak
ya…kamu malah ngebalas kejahatankita dengan persahabatn. ! o’ya,ini pena
kamu. ‘’ kata Bilal sambil mengembalikan penaku.
’’ok,lah..mending
sekarang kalian bantu aku nyelesain cerpenku yang aku mau kirim ke Dar
Mizan ! ‘’ pintaku dengan mengedipkan mata sebelah kiri.
Persahabatan yang kita jalani sudah
berlangsung 2 pekan. Saat aku dan sahabat-sahabatku sedang membicarakan tentang
masa lalu kita dengan canda tawa,datang seseorang dengan motor orangenya
berhenti di depan rumahku. Bapak itu adalah pak pos,dia mengirimkan bingkisan
untukku. Karna cerpenku bisa diterima dan diterbitkan di buku Dar mizan !
Rasanya seperti
mimpi,cerita perjalananku dengan sahabatku seperti akhir dari cerpen yang aku
buat.
Alhamdulillah…semoga
ini menjadi awal dimana aku menjadi penulis terkenal,amin.. J